Sore itu, langit Jakarta mulai berwarna oranye pudar, pertanda matahari akan segera tenggelam. Lidia sudah kembali ke apartemennya jauh lebih cepat dari biasanya. Padahal, di hari Minggu, hampir ia selalu menghabiskan waktu hingga malam di rumah Roby—atasannya yang tak pernah berhenti membuat pikirannya bergejolak. Tapi hari ini berbeda. Setelah kejadian di kejadian di kamar mandi, ciuman panas yang cukup brutal diantara mereka, Roby malah menyuruhnya pulang lebih cepat tanpa mengatakan apapun lagi. Apartemen terasa begitu sunyi ketika ia masuk. Lidia tidak repot menyalakan lampu. Entah kenapa, remang-remang sore yang menyusup dari celah tirai justru membuatnya lebih nyaman, seolah menyembunyikan rona panas di wajahnya yang masih tersisa sejak kejadian tadi. Ia menjatuhkan tubuhnya ke sof