Roby melangkah masuk ke kamarnya dengan langkah berat, seakan setiap tapak kakinya menekan lantai dengan beban pikiran yang tak terlihat. Lampu temaram dari meja kerja di sudut ruangan memantulkan cahaya kekuningan yang hangat, namun sama sekali tak mampu mengusir rasa lelah yang membayang di wajahnya. Garis rahang tegasnya terlihat makin tegang, sementara matanya tampak redup—terbebani sisa kejadian siang tadi yang tak mau pergi dari kepala. Dengan gerakan pelan, ia meraih kerah kaos yang menutupi tubuhnya, lalu menariknya melewati kepala. Kain itu meluncur turun, meninggalkan kulit dadanya yang hangat dan kencang terpapar udara kamar. Di bagian punggungnya, terhampar bekas luka bakar yang memudar, guratan tak beraturan yang menjadi saksi bisu masa lalunya. Bertelanjang d**a memang sudah