*** Oscar tidak langsung menjawab. Lebih tepatnya, ia tidak mungkin akan menjawab dengan jujur bahwasanya tadi, ia hanya pura-pura memejamkan mata. Kini, tatapannya datar, menelusuri wajah cantik yang kali ini tampak sedikit lelah. Beverlyn, yang semula menunggu respons, hanya menghela napas pendek ketika tak kunjung mendapat jawaban. “Kamu sudah makan?” tanyanya pelan sambil meletakkan handbag miliknya di kursi. “Sekalian saja kau tidak usah datang kalau pulangnya selarut ini,” ucap Oscar datar, alih-alih menjawab pertanyaan sang wanita yang terdengar penuh perhatian. Beverlyn spontan mengerutkan dahi. “Baru setengah sepuluh, Oscar.” “Dan maksudmu ini masih pagi?” balas Oscar, sinis. “Bukan begitu maksudku…” Beverlyn mengusap pelipisnya, mencoba menahan nada suaranya agar tetap lem