***
Kedua tangan Beverlyn tercekak di atas kepala, tubuhnya terkunci rapat di bawah himpitan Oscar. Geraknya terbatas, napasnya terasa memburu. Dan bibir … bibir yang selama ini tak pernah disentuh satupun pria, kini direnggut begitu saja—dihisap kuat oleh lelaki yang akan segera menjadi suaminya.
Bagaimana mungkin ia tidak terkejut? Kedua matanya membelalak lebar, napas tertahan di tenggorokan. Tubuhnya refleks menegang, kaku seperti patung, sementara Oscar tanpa ragu melanjutkan ciuman itu.
Ingin rasanya ia berontak, menolak sentuhan sedemikian rupa. Namun anehnya, logika seolah justru mengkhianati keinginan itu. Ia memang sedikit menggeliat, seakan memberi tanda untuk menghentikan perlakuan pria itu—namun gerakan itu samar, nyaris tak berarti.
Dan tanpa sadar, perlahan kelopak matan
