Hujan tipis turun malam itu, memantulkan lampu-lampu kota di jalanan Jakarta yang mulai sepi. Sean berhenti sejenak di depan toko bunga langganannya, toko kecil dengan jendela besar dan aroma mawar yang memenuhi udara bahkan dari luar. Ia membuka pintu, dan suara lonceng kecil menyambutnya. “Selamat malam, Tuan Mahardika,” sapa penjaga toko dengan senyum sopan. Sean membalas dengan anggukan kecil. “Aku ingin buket terbaik yang kalian punya malam ini. Campurkan bunga lily putih… dan mungkin beberapa bunga yang bisa membuat seseorang tersenyum.” Penjaga toko itu menatapnya sebentar, lalu mengangguk paham — seperti tahu untuk siapa bunga itu akan dibawa. Ia mengambil gunting, pita, dan vas bunga. Dalam hitungan menit, di depan Sean terangkai sebuah buket besar yang memukau: Bunga lily pu

