Malam itu, langit Jakarta tak lagi tampak biru. Cahaya lampu dari gedung-gedung tinggi menembus kaca mobil Sean seperti bintang buatan, gemerlap tapi dingin. Di dalam mobil, tangan Sean menggenggam erat setir, namun pikirannya jauh melayang ke tempat lain — ke ruang tamu rumah ibunya, ke map cokelat berisi foto-foto Gwen, dan ke kata-kata tajam yang terus terpantul di kepalanya. "Aku tidak bisa menjamin keselamatannya." Ucapan ibunya menggema tanpa henti. Bukan ancaman terang-terangan, tapi cukup jelas untuk membuat dadanya sesak. Seumur hidup, Sean tahu ibunya bukan perempuan yang berbicara tanpa maksud. Dan kali ini, maksudnya jelas: jika ia terus mempertahankan Gwen, ibunya akan menyingkirkannya — entah dengan cara apa. Ia seharusnya pulang ke penthouse Nadine malam itu. Ia tahu

