Gwen duduk dengan anggun, meski detak jantungnya berlari tak terkendali. Kursi di seberang Sean terasa seperti panggung eksekusi. Ia tahu bagaimana harus menjaga diri, bagaimana menyembunyikan kegugupan di balik senyum sopan, tapi kali ini ujian itu jauh lebih berat. Sean duduk di samping Nadine, suami yang resmi, pria yang di mata dunia adalah lambang kekuatan dan elegansi, sementara di matanya sendiri adalah rahasia yang membakar hidupnya. Gwen ingin menunduk, ingin menghindari tatapan itu, tapi takdir sudah menempatkan mereka di meja yang sama. Nadine, dengan penuh percaya diri, memimpin percakapan. Ia menjelaskan rencana besar tentang akuisisi Éclat oleh Celestine, tentang bagaimana sinergi dua brand mewah itu akan membuka peluang global. Tangannya sesekali menyentuh lengan Sean, sebu

