Tuntutan Nadine

1839 Kata

Udara di ruang rapat lantai tertinggi itu terasa dingin, meskipun pengatur suhu baru saja dinaikkan beberapa derajat. Dinding kaca besar di belakang kursi kepala meja menampakkan langit Jakarta yang kelabu. Di ujung meja, Nadine duduk tegak dengan kemeja sutra putih yang menonjolkan keanggunannya, tapi juga menegaskan jarak yang ia buat terhadap siapa pun di ruangan itu—terutama terhadap Sean. Nathaniel Baskara berdiri di sisi kiri meja, membuka map hitam dengan ekspresi netral khas pengacara yang sudah terlalu sering melihat cinta berubah jadi transaksi hukum. “Baik,” ucap Nathaniel pelan. “Sesuai dengan permintaan Nyonya Mahardika, hari ini kita akan membicarakan detail administratif terkait permohonan perceraian dan pembagian aset yang terdaftar atas nama bersama.” Sean yang sejak ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN