“Rambutmu bisa botak jika kamu mengacak-acaknya sekasar itu, Gwen.” Bahu Gwen langsung merosot lemas, tangan dan kakinya bahkan langsung lemas. Tidak, tidak… ia harap ini semua cuma mimpi. Diantara sebelas jiwa lebih orang di Jakarta, kenapa Gwen harus bertemu lagi dengannya? “Gwen?” pria dengan suara berat itu kembali memanggilnya, suara berat yang juga meneriakkan namanya ketika pelepasan nikmat saat bercinta di ranjang yang ada di Bali. Dihadapannya kini adalah Sean Mahardika—yang entah bagaimana bisa kembali dihadapannya dan bertemu dengannya. Tersenyum tanpa dosa ketika menemuinya lagi walaupun kini sudah beristri. Gwen segera berdiri dari duduknya, menatap Sean tidak suka. “Kenapa kamu bisa disini?!” “Kan sudah aku bilang kalau aku akan mencarimu sendiri.” Jawab Sean dengan

