Langit Jakarta mulai berwarna keemasan ketika matahari tenggelam di balik gedung-gedung tinggi. Dari lantai teratas Mahardika Imperial Hotel, ballroom seluas hampir seribu meter persegi tampak sibuk—seperti sarang lebah raksasa menjelang pesta besar. Para staf berpakaian hitam mondar-mandir, menggantung lampu kristal tambahan, memeriksa urutan lagu, hingga memastikan setiap buket bunga tersusun sempurna di tengah meja bundar. Aroma mawar putih dan lily memenuhi udara.
Sean berdiri di tengah ruangan, mengenakan kemeja hitam dan jas abu arang. Lengan bajunya masih tergulung, rambutnya sedikit berantakan, tapi tatapannya tajam seperti seorang sutradara yang sedang mengatur panggung pertunjukan penting. Di tangannya, ada daftar panjang berisi vendor, susunan acara, dan nama-nama tamu yang diu
