Teriakan para suster memecah ketegangan ruangan yang sudah porak-poranda. Lampu tindakan bergoyang, meja instrumen miring, alat-alat medis berjatuhan dengan denting logam tajam ke lantai. Beberapa suster mencoba mundur dengan wajah panik, satu dua di antaranya sibuk menekan tombol darurat. Sementara itu, Dr. Roby terhuyung bangkit dari lantai, hidungnya berdarah, bibirnya pecah. Ia memegang wajahnya dengan satu tangan, napas berat dan tersengal. “Niko! Gila kamu? Ini bukan arena tinju!” bentaknya dengan suara serak dan marah. Roby yang dulunya adalah teman diskusi anatomi Niko semasa koas, kini tampak seperti musuh bebuyutan. Tak ada sisa persahabatan di sorot matanya. Niko berdiri tegak di hadapannya, tubuhnya bergetar oleh adrenalin, mata tajam mengarah ke ranjang tempat Lara masih t