Lara menelan ludahnya perlahan. Napasnya sesak, bukan karena jarak Niko yang begitu dekat, tapi karena ancamannya yang terdengar lebih nyata dari napasnya sendiri. Suara itu dingin. Tanpa teriakan. Justru karena itulah Lara menggigil. Ia hanya mengangguk kecil, tanpa suara. Matanya basah, tapi ia tahu air mata tak akan menyelamatkannya malam ini. Niko akhirnya menjauh. Ia berdiri tegak, mengatur napas seperti sedang menahan diri untuk tidak meledak. “Masuk kamar,” ucapnya pendek. Lara sempat menunduk, hendak melangkah, namun ragu. Ia berbalik sedikit, tak berani menatap langsung. Suaranya pelan, penuh kehati-hatian. “Pak...” Niko menoleh perlahan, wajahnya tak berubah, masih setegas tadi. “Saya... saya cuma ingin tanya satu hal...” Ia diam. Tapi tatapannya jelas: cepat katakan, seb

