Malam semakin pekat. Lampu jalan di luar terlihat redup dari balik tirai kamar yang terbuka sebagian. Cahaya temaram lampu tidur menerangi ruangan, cukup untuk melihat dengan jelas tapi tetap menyisakan bayangan di sudut-sudutnya. Jam dinding berdetak pelan, mengisi keheningan tanpa gangguan. Lara berbaring miring ke kiri di atas ranjang, mengikuti posisi yang disarankan. Selimut menutupi tubuhnya sampai pinggang. Tangan kanannya terpasang infus, dengan botol cairan tergantung di samping ranjang, menetes perlahan. Tak ada suara lain selain aliran halus dari selang infus dan sesekali helaan napas dari tubuh yang belum sepenuhnya pulih. Kepalanya berat. Napasnya masih pelan, seperti takut mengusik ketenangan kamar itu. Di pojok ruangan, sebuah kursi kayu diletakkan. Di sanalah Niko duduk

