Bab 11. Denial

1166 Kata
Ethan kembali ke rumahnya dengan keadaan yang lebih kacau. Bajunya masih berantakan dengan tangan yang ikut memar karena kuatnya pukulan yang diberikan ke Davin. Bukannya senang telah menghajar Davin hatinya justru semakin menggila. "Ethan!" Suara seruan itu terdengar saat Ethan akan kembali ke kamarnya. Julia dengan langkah tergesa menghampiri suaminya itu. "Ethan, apa yang terjadi padamu?" Julia memandang Ethan penuh kekhawatiran, ia kaget melihat Ethan yang selalu tampil parlente menjadi sangat berantakan seperti itu. Ethan tersentak sendiri, ia baru sadar jika kembali ke rumahnya bersama Julia. Padahal biasanya ia akan pulang ke rumah pribadinya atau tidak menginap di kantor. Hatinya yang kacau benar-benar tidak sadar telah kembali ke rumah itu. "Tanganmu!" Julia kembali berseru saat melihat tangan Ethan merah. "Kau baru saja berantem?" Dengan lembut Julia menarik Ethan untuk di sofa ruang tengah. "Bibi, tolong ambilkan kotak P3K untuk Tuan!" teriak Julia terlihat sangat khawatir. Ethan hanya diam saja membiarkan Julia yang sangat khawatir itu mengobati lukanya. Mata tajam itu mengawasi wajah Julia yang sangat cantik khas perawatan. Jemarinya lentik dengan kuku jari yang dicat indah. Kecantikan itu sangat biasa bagi Ethan. Hatinya menginginkan seseorang yang berpenampilan sederhana dengan rambut panjang hitam. Nindy. "Kenapa harus berbuat seperti ini? Tidak seharusnya kau menyakiti dirimu sendiri, Ethan," ujar Julia mengoleskan antiseptik ke tangan Ethan namun pria itu justru menarik tangannya kasar. "Aku bukan pria lemah yang perlu kau obati," sergah Ethan. "Ethan." Mata Julia berkaca-kaca ingin menangis. Apa yang salah dari yang ia lakukan? Ia sedang mengobati suaminya. Ethan yang melihat Julia menangis justru teringat wajah Nindy. Ia yang sangat kesal langsung mendorong Julia lalu mencium bibirnya dengan liar. Kedua tangan wanita itu ia angkat ke atas kepala dan mendorong tubuhnya hingga terjengkang di sofa. Ethan ingin meyakinkan hatinya kalau dirinya memang tidak pernah menginginkan Nindy lagi. Julia kaget pastinya karena tiba-tiba Ethan mencium bibirnya. Ia yang tidak pernah dicium sepanas itu membalasnya hingga keduanya berciuman di sofa. Ethan sangat liar sekali, menggigit bibir Julia dengan cukup kuat. Sayangnya ciuman itu sangat hambar bagi Ethan. Belum dua menit ia mencium Julia segera ia lepaskan dan wajahnya semakin terlihat kesal. "Ethan," lirih Julia semakin kaget pastinya kenapa lagi Ethan ini. Memandang pria itu sendu. Berharap Ethan akan melanjutkan apa yang telah diperbuat. "Lupakan saja apa yang aku lakukan padamu barusan," ucap Ethan dingin sekali. Ia justru beranjak seolah tak terjadi apa pun. Julia menggigit bibirnya menahan tangis yang membuat d**a begitu sesak. Tubuhnya terguncang perlahan seiring air mata yang keluar membahasi pipinya. Ethan tidak menghiraukannya sama sekali. Ia justru pergi ke dalam kamarnya tanpa melirik ke arah Julia lagi. Ia melepaskan semua pakaiannya lalu segera mengguyur seluruh tubuhnya di bawah shower yang menyala. Ethan ingin medinginkan kepalanya yang sangat panas akhir-akhir ini hanya karena satu orang wanita. Ethan sadar betul, saat melihat Nindy ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Memaksa jiwa liar yang 7 tahun ini tak pernah keluar. Kini nyatanya wanita itu benar-benar menguasai hatinya. "Aku sangat menginginkannya!" *** Nindy bernapas lega ketika Dokter mengatakan Adiknya tidak mendapatkan luka yang sangat serius. Semua yang didapatkan hanya luka luar yang akan sembuh dalam waktu terdekat. Wanita itu segera masuk ke dalam ruang UGD saat Dokter telah mengizinkan. "Davin." Nindy tak membendung air matanya saat melihat Adik semata wayangnya berbaring dengan perban dan juga memar di beberapa bagian tubuh. "Kak." Davin mendesis kesakitan, ingin bangun namun tubuhnya seperti remuk tak karuan. "Diam di tempatmu, Dav. Kondisimu masih lemah," ujar Nindy melangkah mendekat ke sisi ranjang. Elang masih bersamanya, anak itu banyak diam karena masih ketakutan melihat Om-nya berdarah-darah tadi. "Gimana bisa kayak gini? Kamu ada masalah sama siapa?" Nindy bertanya lembut. Bingung juga kenapa Davin tiba-tiba diserang. Seingatnya Davin adalah orang yang malas mencari ribut. "Aku juga nggak tahu, Kak. Tiba-tiba orangnya dateng dan main pukul. Sshhhh ..." Davin mendesis pelan tatkala merasakan bibirnya begtu nyeri. Nindy semakin keheranan, siapa orang kurang kerjaan yang tiba-tiba memukul orang tidak bersalah sampai babak belur separah ini. Herannya kenapa orang itu aman-aman saja saat memukuli Davin. Padahal seharusnya di sekitar Apartemen masih banyak orang yang berlalu-lalang karena Apartemennya itu bukan apartemen elit. "Kamu nggak kenal sama orangnya?" Nindy kembali bertanya. "Enggak, Kak." Davin menggeleng pelan, sesekali matanya terpejam karena rasa sakit yang luar biasa. "Orangnya tinggi, tegap gitu. Kayak rada mirip sama Elang," jelas Davin masih ingat jelas wajah Ethan sebelum dirinya dibuat babak belur. "Wajahnya mirip Elang?" Nindy kembali bertanya dengan lebih serius. "Iya mirip. Beda model rambut aja." Nindy berdecih dengan ekspresi penuh amarah. Jelas tidak diragukan lagi siapa dalang yang telah membuat adiknya babak belur. Satu-satunya orang yang punya cara menjijikan seperti itu adalah Ethan. Lagipula siapa lagi yang punya wajah mirip dengan Elang selain Ayahnya Pria itu memang sangat gila sampai melakukan penyerangan brutal seperti ini. "Kau benar-benar keterlaluan, Ethan." * Keesokan paginya setelah mengantar Elang ke sekolah Nindy nekat pergi ke kantor Ethan yang alamatnya di dapatkan dari internet. Kali ini amarahnya sudah sampai di ubun-ubun hingga merasa ingin sekali meluapkan seluruh emosinya. Mungkin jika hanya mengatakan hal-hal kasar padanya atau bersikap seenaknya saja Nindy masih bisa menerima. Namun, kali ini Ethan sangat keterlaluan sampai membuat adiknya terluka, itulah yang membuat Nindy sangat marah. "Aku ingin bertemu dengan Ethan, apakah dia ada?" Begitu ucapnya pada resepsionis kantor. Tak peduli dirinya bersikap tidak sopan karena sangat benci dengan nama itu. "Maaf, Nona. Tuan Ethan belum datang. Jika ada keperluan mendesak, bisa meninggalkan pesan terlebih dulu." "Aku akan tunggu." Nindy memutuskan untuk duduk di lobi menunggu sampai manusia bernama Ethan itu datang ke kantor. Entah pantas atau tidak orang itu disebut manusia karena kelakuannya yang sangat tidak manusiawi. Bagaimana bisa Ethan menyerang orang yang bahkan bertemu saja tidak pernah. Entah bagaimana Nindy dulu sangat mencintainya. "Dulu? Bahkan perasaan itu sampai sekarang masih ada b******k!" Sekitar 40 menit berlalu Ethan tak kunjung datang. Nindy cukup muak, rasanya ingin langsung pulang saja. Sampai pada akhirnya ada sebuah mobil Ford Mustang Ecoboost terparkir tepat di depan pintu utama. Nindy meliriknya, melihat seorang pria dengan penampilan sangat berwibawa itu turun, Ethan. Ethan keluar dari mobil setelah Antoni membuka pintunya. Raut wajahnya masih sangat dingin seperti hari-hari sebelumnya. Antoni yang melihat sosok Nindy terlebih dulu segera berbisik ke telinga Tuannya hingga pria itu mengikuti arah pandang Antoni. Ethan cukup terkejut melihat Nindy tiba-tiba datang ke kantor. Bibirnya sontak mengulas senyum miring. Dengan angkuh ia masuk ke dalam kantornya seolah tidak melihat Nindy. Aura kemimpinan arogan itu sangat terlihat dari dalam diri Ethan. Nindy yang sudah sangat marah segera menghadang pria itu. Kekagumannya pada pria ini sudah lenyap berganti amarah yang luar biasa. "Aku ingin berbicara padamu," ucap Nindy penuh penekanan. Ethan menarik sudut bibirnya, ia menunduk hingga wajahnya nyaris menyentuh pipi Nindy namun wanita itu segera membuang muka ke arah lain. "Aku pikir kau datang karena merindukanku," bisik Ethan berbalut godaan yang nakal. Matanya terpejam sesaat begitu mencium semerbak tubuh Nindy yang sangat wangi. "Mungkin seperti itu." Nindy menoleh, menatap Ethan lebih tajam dari sebelumnya. Ethan mengangkat alisnya dengan bibir berkerut. Semakin penasaran tentang hal apa yang membuat Nindy rela datang menemuinya ke kantor? Bersambung~
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN