43. Aku antagonis

1136 Kata

Tidak perlu menunggu sampai berhari-hari, perubahan itu sudah jelas terlihat. Tiara bisa merasakannya sendiri, walaupun Madam tidak mengatakannya secara langsung. Mungkin karena Madam masih menghargai Tiara sebagai salah satu karyawan terbaiknya, dimana semua tanggung jawab besar yang ada di atas pundak Tiara masih banyak. Tapi melihat sikap Madam yang seakan acuh dan mengabaikannya setiap kali bertemu, tidak seperti biasanya, membuat Tiara merasa canggung dan tidak nyaman. “Mbak Ti,” Ajeng menghampiri, membawa secangkir kopi hitam kesukaan Tiara. “Aku bawakan kopi, kesukaan Mbak Ti. Tanpa gula atau cream.” Ajeng tersenyum, wanita itu duduk di samping Tiara saat ia tengah mengecek beberapa pekerjaan dari ipad miliknya. “Ada apa?” tanya Tiara, sambil menoleh ke arah Ajeng. “He he.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN