Liona berjalan cepat menuju ke parkiran dengan wajah yang penuh kekesalan. Matanya tajam, wajahnya merona merah, dan tangannya yang mengepal erat membuat siapa pun yang melihatnya tahu betul bahwa dirinya sedang dihimpit amarah. Liona melangkah menuju mobil hitam yang terparkir di depan rumah. Mobil itu adalah milik Wirya, suaminya. Liona membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang dengan kasar, seolah melemparkan seluruh emosinya pada pintu mobil yang bergeming. Wirya yang duduk di kursi pengemudi hanya bisa menatapnya dari samping, menunggu Liona untuk menenangkan diri. Namun, Liona tidak segera mengucapkan sepatah kata pun. Suasana di dalam mobil terasa berat, sesak dengan ketegangan yang meluap-luap. Akhirnya, Wirya membuka mulut, mencoba meredakan keheningan yang memenjarakan m