Liona duduk diam di sudut kedai kopi menunggu Vina, menatap sekeliling dengan perasaan campur aduk. Kini, hanya ada keheningan yang menekan. Liona tidak tahu harus bagaimana, tetapi perasaan ingin tahu mengalahkan rasa enggan yang menghentikan keputusannya. Liona tidak tahu apa yang akan dia rasakan, tapi dia merasa harus menghadapi Vina, meskipun tidak ada yang bisa mengubah masa lalu mereka. Vina datang, duduk di hadapannya, wajahnya tampak menyedihkan dan kelelahan, penuh penyesalan. Ada rasa cemas yang tak terucapkan di matanya, namun itu tidak cukup untuk menutupi rasa sakit yang telah lama terkubur. Vina membuka mulut, berbicara dengan suara serak. "Liona, aku ... aku tahu aku telah banyak salah padamu." Liona menatap Vina dengan tatapan datar. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, V