Setelah menekan bel, dia menunggu beberapa detik, namun tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk mengetuk pintu, lalu melangkah masuk setelah pintu yang terkunci terbuka. "Vina?" suara Ryan terdengar ragu, memanggil nama istrinya yang sudah ia kenal bertahun-tahun. Dari ruang tamu, Vina keluar dengan wajah yang tidak bisa disembunyikan lagi, pucat, matanya sedikit sembab, seperti baru saja menangis. Ryan mendekat, menyelidiki ekspresi Vina yang tidak biasa. "Ke mana orang tuamu?" tanyanya, hatinya mulai merasakan ketegangan yang aneh. Vina menunduk, mencoba menahan emosinya yang hampir meledak. "Orang tuaku tidak ada di rumah," kata Vina pelan, mencoba memberi penjelasan. "Ke mana mereka?" Ryan bertanya lebih lanjut, meskipun sudah bisa menebak ada sesuatu yang tidak beres. "Ke rumah