Vina membuka pintu rumah orang tuanya dengan langkah cepat, koper besar yang dibawanya masih terpegang erat di tangannya. Wajahnya basah dengan air mata, dan tubuhnya terasa lemas seakan sudah kehabisan tenaga. Setiap langkahnya yang berat, seolah membawa beban yang tak mampu lagi ia tahan. Ketika pintu rumah terbuka, Doni dan Farah yang sedang duduk di ruang tamu langsung terperangah melihat putri mereka datang dengan kondisi seperti itu. Doni, yang sedang membaca surat kabar, langsung berdiri dari kursinya. "Vina? Kamu kenapa? Kenapa bawa koper?" Suara khawatirnya penuh, langsung mengarah pada putrinya yang kini tampak terisak. Farah yang duduk di samping Doni, melirik sekilas pada Vina yang tampak sangat berbeda dari biasanya. Biasanya, putrinya selalu tampak tegar dan ceria, tetapi s