Liona merasa tubuhnya terasa ringan dan samar-samar. Awalnya, dia hanya mendengar suara-suara pelan yang seolah datang dari kejauhan, tapi perlahan-lahan suara itu menjadi lebih jelas. Suara detak jantung yang teratur, napas yang berat, dan suara lain yang asing, seperti orang berbicara dengan lembut. Liona membuka matanya perlahan, dan pandangannya berangsur-angsur jelas. Dia terbaring di sebuah ruangan yang tampaknya ruang rumah sakit, dengan cahaya terang yang masuk dari jendela. Di samping tempat tidur, ada sosok pria yang duduk dengan tenang, memandangi dirinya. Itu adalah Wirya, suaminya. Liona merasa keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia mengingat sesuatu, namun semuanya terasa kabur, perasaan takut, ketegangan, dan akhirnya pingsan. Namun sekarang, di hadapannya, ada Wirya.