Langit terlihat mendung, seperti suasana hati Wirya yang berat. Dia berdiri di depan pintu kamar, menghela napas panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu itu. Sudah agak lama, mereka tidak berbicara satu sama lain. Ada jarak yang semakin melebar antara mereka, dan di dalam d**a Wirya, rasa cemas semakin menyelimuti. "Masuk," suara Liona terdengar dari dalam kamar, sedikit berat dan datar. Wirya membuka pintu perlahan, memasuki ruangan yang sekarang terasa asing baginya. Liona sedang duduk di tepi tempat tidur, matanya kosong, seperti sudah lelah menghadapi semua ini. Wirya duduk di sampingnya, mencoba menyentuh tangan Liona, namun perempuan itu menarik tangan itu dengan cepat. "Liona, kita perlu bicara," ujar Wirya dengan suara lembut, berusaha menahan emosinya. Liona memandangnya dengan