Bab 17. Mekar

1596 Kata

Dari arah ruang makan, terdengar suara langkah kaki yang mantap, diikuti dengan pintu yang terbuka. Liona menoleh. Wirya, suaminya, berdiri di ambang pintu dengan wajah yang tenang, meski mata itu menyiratkan kelelahan. Dia baru saja pulang dari kantor, namun sepertinya masalah yang mengganggu Liona tidak dapat ditunggu lebih lama lagi. “Kenapa, Liona? Ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Wirya, sambil melangkah mendekat dan duduk di samping Liona. Liona mengalihkan pandangannya, menatap wajah Wirya dengan hati yang berat. “Om tahu kan, Ryan ... anakmu itu,” katanya pelan, mencoba memulai percakapan dengan hati-hati. “Kenapa Om tidak membantunya untuk mahar pernikahannya dengan Vina?” Wirya terdiam sejenak, seolah mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Liona. Matanya tak le

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN