Bab 18. Ciuman Pertama

1580 Kata

Wirya menunduk, merasa gelisah. “Maafkan aku, Liona,” katanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. “Aku ... aku tidak bisa berhenti menciummu. Tapi, aku takut ini terlalu cepat, atau bahkan tidak sopan.” Liona hanya mengangguk pelan, seolah mengerti apa yang dirasakan Wirya. Dia tahu betul bagaimana hati pria itu berdebar, bagaimana hatinya sendiri juga bergetar. Dalam keheningan yang penuh dengan ketegangan itu, Wirya perlahan mendekatkan wajahnya. Seperti ada tarikan magnet yang tak bisa ditahan, bibirnya menyentuh lembut bibir Liona. Ciuman pertama itu terasa hangat, lembut, dan penuh kasih. Liona menerima ciuman itu tanpa penolakan. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Wirya yang selalu mengisi hari-harinya dengan perhatian dan cinta. Itu adalah suaminya, seseorang yang telah m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN