Bab 20. Kita Akan Menikah

1519 Kata

Liona terbatuk pelan, matanya setengah tertutup karena lelah. Tubuhnya masih terasa lemas setelah beberapa saat di rumah sakit karena keracunan kopi. Meskipun kondisinya sudah membaik, kepalanya masih terasa pusing dan perutnya pun belum sepenuhnya nyaman. Di sampingnya, Wirya bergerak hati-hati, memapah tubuh Liona menuju kamarnya. Tangan Wirya yang kuat memegangi bahu Liona dengan cermat, memastikan agar wanita itu tidak terjatuh atau terhuyung. Liona menyandarkan tubuhnya pada bahu Wirya, merasa aman meski rasa pusing itu masih menghantui. "Pelan-pelan saja, Liona," kata Wirya dengan suara lembut, penuh perhatian. "Jangan buru-buru." Liona hanya mengangguk lemah. Dia merasa tidak cukup kuat untuk berbicara banyak. Matanya menatap lantai, mencerna berbagai hal yang baru saja terjadi.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN