Vina duduk di meja makan, matanya menatap kosong ke arah piring kosong yang masih tergeletak di depannya. Farah, ibunya, sedang sibuk di dapur, mempersiapkan makan malam. Vina merasakan ketegangan yang menderanya semakin menguat. Waktu sudah semakin dekat, dan Vina merasa sudah saatnya untuk memberi tahu ibunya tentang keputusan besar dalam hidupnya. Keputusan yang bisa mengubah segalanya. "Ma, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," kata Vina, suaranya bergetar pelan. Farah menoleh, wajahnya cerah dengan senyuman khasnya yang hangat. "Apa, Nak? Ada apa? Makan dulu, baru bilang." Vina menarik napas panjang. "Aku dan Ryan, Ma … kami akan menikah dalam waktu dekat." "Oh, Syukurlah! Akhirnya, setelah sekian lama kamu berdua pacaran, kamu juga sadar. Ryan itu harus disadarkan agar di tahu b