Liona duduk terdiam di sofa ruang tamu, matanya menatap kosong pada sebuah kotak besar di meja. Kotak itu dihiasi pita pastel lembut, namun isinya membuat d**a Liona terasa sesak. Perlengkapan bayi yang tertata rapi di dalamnya seolah membawa kenangan dan perasaan yang ingin ia lupakan. Tangannya yang gemetar perlahan menyentuh kotak itu, membaca tulisan kecil di sudut: “Untuk kebahagiaan kecilmu.” Pengirimnya, Vina, adalah sosok yang tak ingin lagi ia sebut dalam kehidupannya—seorang bayangan kelam di masa lalu. Liona menghela napas panjang, berat. Suara langkah kaki di belakangnya menyadarkannya dari lamunan. Wirya, mendekat sambil membawa secangkir teh hangat. Ia meletakkan cangkir itu di meja dan duduk di samping Liona, menyentuh pundaknya dengan lembut. "Kenapa diam saja?" tanya Wi