bc

Pengantin Gadaian

book_age18+
428
IKUTI
7.4K
BACA
HE
arrogant
heir/heiress
drama
bxg
mystery
loser
substitute
like
intro-logo
Uraian

Laura yang baru saja diputuskan kekasihnya mendapat kejutan ulang tahun dari ayahnya yang duduk di kursi roda, kejutan berupa kue ulang tahun dan hadiah kecil di usianya yang menginjak 21 tahun.

Tapi saat itu juga terdengar suara ketukan dari luar dan banyak orang mendobrak masuk ke rumah mereka. Seorang pria berbadan tegap memperkenalkan diri dengan nama Johan, sebagai ayah kandungnya.

Pada saat itu Laura tahu kalau dia bukan anak kandung Avin. Laura dijemput paksa dengan ancaman Johan akan menuntut Avin dengan tuduhan penculikan karena memang benar Johan adalah ayah kandung Laura.

Ternyata Laura dibutuhkan untuk menggantikan pernikahan kakak perempuannya yang tidak pernah dia ketahui selama hidup, Bianca kabur meninggalkan Arkan satu hari sebelum mereka menikah.

Arkan yang penuh dendam karena keluarga Bianca, menatap Laura penuh kebengisan saat pandangan mata mereka saling bertemu di altar.

"Rupanya keluargamu tidak ingin mengembalikan mahar dan menyia-nyiakan menjadi besan keluargaku, ya? kalian memang haus harta!" hina Arkan.

"Aku tidak seperti itu ...."

"Lalu kenapa kamu berada di sini untuk menggantikan kakakmu? Tentu saja karena harta, bukan? Dasar wanita licik! Bersiaplah, kamu harus menuruti semua perintahku. Jujur saja aku masih sangat kesal dengan Bianca dan aku akan melampiaskannya ke kamu, jadi jangan salahkan aku, salahkan dirimu yang berdiri di sini sekarang!"

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Ulang Tahun Menyakitkan
"Kita putus, sebaiknya kita sendiri dulu dan putus lebih dulu, setelah kita masing-masing merenungi semua yang terjadi, barulah kita membicarakan hubungan kita kembali." Satu pesan dari sang kekasih yang sudah jadi mantan, membuat Laura menghembuskan napas lelah. Padahal hari ini ulang tahunnya, tapi Ervin sepertinya lupa, kejadian putus nyambung sering terjadi di hubungan mereka. "Padahal ini hari ulang tahunku, pasti dia lupa sampai tidak bisa menunda berkata begitu," gerutu Laura merengut sambil membuka pintu rumahnya. "Selamat ulang tahun, Sayang ...." "Papa ...." Laura melihat ayahnya duduk di kursi roda sambil memegang kue yang di atasnya sudah ada lilin menyala, Laura benar-benar terhanyut dengan kejutan dari ayahnya, jika Ervin tidak bisa memberikannya kebahagiaan, Avin bisa melakukan itu. "Jangan menangis, bukankah ini hari bahagiamu? Maafkan Papa menyiapkannya telat, harusnya Papa melakukan di subuh, bukan di malam hari begini." Avin tersenyum teduh ke arah Laura. "Siapa yang bilang telat? Ini masih hari ulang tahunku, Pa. Terima kasih sudah mengingatnya, aku benar-benar bahagia," balas Laura dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. "Buat permohonan dan tiuplah," suruh Avin. Laura sudah membuat permohonan, tapi baru hanya dia berniat untuk meniup lilinnya tidak jadi karena mereka mendengar suara gedoran pintu yang begitu keras dari luar. "Siapa yang datang ke rumah orang malam-malam begini?" gumam Laura. Laura meninggalkan ayahnya di sana dengan lilin yang belum ditiup, dia melangkahkan kakinya untuk menuju ke arah pintu dan berniat membukanya, tapi belum sempat dia membukanya, pintu sudah terbuka karena dobrakan dari luar. Banyak sekumpulan orang datang ke rumahnya dengan pakaian serba hitam yang menerobos masuk. Laura reflek berlari ke ayahnya, tapi ada seseorang yang menjambak rambutnya dari belakang. "Halo, putriku ... lama tidak bertemu," bisik seseorang yang membuat Laura merinding sekujur tubuhnya. "Apa yang kamu lakukan, Johan?!" teriak Avin dengan lantang menatap nyalang ke arah Johan. Johan yang sedang menjambak rambut Laura tersenyum miring ke arah pria yang duduk di kursi roda, kemudian Johan maju melangkahkan kakinya dengan tangan yang masih menjambak rambut Laura. "Putriku yang kamu besarkan ternyata sudah dewasa dan lumayan." Johan menyeringai. Laura susah payah melepaskan jambakan rambutnya dari tangan Johan, tapi Johan menyentak kasar tangannya hingga membuat Laura jatuh tersungkur ke bawah. "Laura ...!" teriak Avin khawatir. Laura sudah sangat ketakutan, dia berusaha bangkit dan sekarang pandangan mata antara Johan dan Laura bertemu. Pria yang sama sekali tidak pernah dia temui atau dia kenali mengaku Laura putrinya. "Apa maksudnya, Pa?" tanya Laura gemetar. Avin diam tidak menjawab, dia tidak mampu memberikan penjelasan pada Laura yang menanti jawaban darinya, fakta yang Avin sembunyikan tentang masa lalu sungguh sangat tragis memuat dia tidak sanggup membuka mulutnya. "Lihat ... dia tidak mampu bicara, menyedihkan sekali dirimu harus hidup dalam kebohongannya selama bertahun-tahun, apalagi kamu harus merawat dia yang lumpuh, pasti sangat melelahkan," sindir Johan memandangi Avin yang duduk di kursi roda. "Apa maumu, Johan?! Kenapa kamu mengacau kehidupanku?!" Avin langsung ke intinya, dia tidak ingin membiarkan Laura terus ketakutan dengan kehadiran Johan. "Langsung saja, aku ingin mengambil putriku kembali!" balas Johan tanpa basa-basi. Avin dan Laura sama-sama membulatkan matanya mendengar permintaan dari Johan. Avin yang sangat kesal dengan permintaan tidak tahu diri Johan, sedangkan Laura tambah merasa kalau ada yang ditutupi oleh ayahnya. "Apa maksudnya ini, Pa? Kenapa Om ini bilang kalau aku putrinya?" tanya Laura dengan air mata yang terus mengalir. "Kamu putriku! Bukan putrinya, dia bukanlah ayah kandungmu! Jadi kamu harus menurutiku untuk ikut denganku!" tekan Johan. Johan sengaja membeberkan fakta tentang Laura yang sama sekali tidak pernah dia ketahui dari lahir, Johan ingin Laura membenci Avin yang membohonginya, tapi ekspresi Laura sama sekali tidak mengatakan rasa benci terhadap Avin. Avin menatap bengis Johan yang baginya tidak tahu diri. "Apa kamu masih punya malu?! Dulu kamu membuang Ratih dan tidak mengakui anaknya, sekarang kamu bilang mengambil putrimu kembali?! Apa kamu tidak salah? Dia putriku sekarang!" sanggah Avin. "Teruslah menggonggong, faktanya kalau aku ayah biologisnya tidak akan berubah, Vin. Sudahlah, lebih baik kamu serahkan dia secara baik-baik atau aku akan menggunakan kekerasan!" ancam Johan. Laura melirik ke arah ayahnya yang menatap Johan dengan kesal, dari tatapan Avin saja, Laura sudah bisa menebak kalau orang di hadapannya bukanlah orang yang baik. "Aku tidak mau ...!" teriak Laura memberanikan diri. Johan menatap nyalang ke Laura yang berani berteriak kuat padanya. Bagi Laura hanya ada satu ayah dan itu Avin. Avin yang merawatnya dengan baik dari kecil sampai tumbuh seperti sekarang. "Kamu sudah ke makan hasutan dia, lebih baik kamu ikut bersamaku! Kamu tidak akan bahagia hidup dengannya, dia hanya akan menyusahkanmu saja. Kamu tidak bisa selamanya merawat pria lumpuh itu!" tegas Johan. Laura menggeleng pelan, tangisannya semakin deras. "Aku tidak mau, aku hanya memiliki satu Papa, Papa yang merawatku dari kecil, bukan Anda." Laura tetap pada pilihan pertamanya. "Kamu dengar? Dia tidak mau ikut dengan laki-laki tidak tahu diri yang dulu membuangnya, jadi lebih baik sekarang kamu pergi dari sini karena kami tidak ada waktu!" usir Avin. Johan menghela napas berat dan menunjukan seringainya. "Astaga, kalian membuatnya jadi tambah sulit. Tadinya aku ingin memulai ini dengan baik-baik, tapi kalian sepertinya tidak suka bicara baik-baik, ya?!" Johan memberikan isyarat pada bawahannya dan para pria itu mengangguk seakan mengerti apa yang Johan perintahkan. Ditariknya kursi roda Avin hingga dia tersungkur ke bawah. Kue ulang tahun yang tadinya berada di pangkuan Avin jatuh ke bawah, hancur berserakan tidak berbentuk cantik lagi dan lilin yang masih menyalah harus mati juga patah menjadi dua. "Papa ...!" teriak Laura histeris melihat ayahnya jatuh. Laura mencoba meraih tubuh Avin, tapi sayang dia dihalangi dan hanya bisa melihat Avin berusaha mendudukan dirinya di lantai. Mata Laura beralih pada Johan yang menghampiri Avin. Johan mencengkram kerah leher Avin yang terduduk tidak berdaya di lantai, dalam sekejap Johan menyerang Avin dengan pukulan dan disusul pukulan lainnya. "Papa ...!" Laura makin histeris melihat pria yang dia kenal sebagai seorang ayah dipukuli pria asing yang mengaku sebagai ayahnya. Laura langsung berlutut dengan telapak tangan saling menyatu memohon ampun di hadapan Johan, dia tidak sanggup jika Avin terus-terusan mendapat kekerasan dari Johan. "Tuan, hentikan! Aku mohon! Aku ... aku akan menurutimu," lirih Laura memohon pada Johan untuk berhenti memukuli Avin. "Tidak, Laura! Jangan kamu terperangkap padanya, dia orang jahat yang licik!" teriak Avin dengan sekuat tenaga. Walau tubuhnya sudah sangat lemah tergeletak di lantai karena banyak pukulan dari Johan, tapi Avin masih bisa berteriak untuk memperingati putrinya yang sedang merasa terancam dengan melihatnya dipukuli. Johan yang kesal mendengar Avin berteriak begitu langsung menginjak wajah Avin dengan tega, tangisan Laura semakin kencang melihat Avin diperlakukan seperti itu. "Hentikan, aku mohon jangan menyakitinya," mohon Laura. "Rupanya kamu begitu menyayanginya, ya? Harusnya kamu lakukan itu dari tadi tidak membuatku kesal, kalian sendiri yang menguji kesabaranku!" balas Johan. Johan mengangkat kakinya dari wajah Avin, kemudian dia beralih menatap Laura dan menangkup wajah dengan satu tangannya, setelah itu Johan tersenyum miring dan menyentak tangannya. "Kamu lumayan cantik," gumam Johan. "Aku akan membuat perjanjian denganmu. Kamu ikut aku dan tinggalkan pria itu, atau aku akan menjebloskannya ke dalam penjara atas kasus penculikan, karena seperti yang kamu tahu kalau aku adalah ayah biologismu," lanjut Johan. Laura diam sejenak. "Lalu siapa yang akan mengurus papaku jika aku tidak di sini?" tanya Laura gemetar. Lagi-lagi Johan tersenyum miring mendengar perkataan dari Laura yang terdengar menggelikan di telinganya. "Kamu terlalu baik, tapi aku sudah bisa menduga kalau kamu akan mengatakan itu dan aku sudah menyiapkan perawat untuknya. Mari kita buat kesepakatan, kamu ikut denganku dan menuruti semua perkataanku, lalu aku akan membiayai hidup dan pengobatan orang tua angkatmu?" tawar Johan dengan senyuman liciknya. Laura melirik ke arahnya yang sedang menggelengkan kepala, dia tahu kalau ayahnya tidak akan setuju jika Laura memilih ikut bersama pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya. Tapi apa sekarang dia punya pilihan lain? Tidak ada, selain menuruti permintaan Johan, tidak ada hal yang Laura bisa lakukan untuk menyelamatkan ayahnya dari ancaman ayah kandungnya. "Jangan takut aku berbohong, aku cukup kaya hanya untuk membiayai satu orang tua angkatmu yang lumpuh itu, aku juga sudah berbaik hati menyewakan perawat baginya, tapi jika kamu membuatku semakin kesal, aku akan menarik semua ucapanku dan aku akan tetap mengambilmu!" Ancaman demi ancaman yang keluar dari mulut Johan membuat Laura semakin takut, dia takut terjadi sesuatu yang lebih buruk pada ayahnya. "Baiklah, aku akan ikut bersamamu," balas Laura. Avin memandang Laura dengan tatapan kecewanya, melihat anaknya yang berkorban untuknya bukan malah dia yang melindungi Laura, sedangkan Johan tersenyum miring melihat hasil buruannya yang menurut dengan pasrah ketika dia mencengkram kelemahannya. "Tapi biarkan aku membantu papaku dulu," ucap Laura yang beringsut bangun. Laura membenarkan kursi roda ayahnya sehabis ditarik dan Laura mencoba membangunkan Avin yang sedang menatapnya dengan nanar pada putrinya. "Nak ...," panggil Avin melirih. "Aku tidak apa-apa, Pa. Papa jangan khawatir," balas Laura dengan senyuman kecut. Avin ingin sekali menghentikan Laura, tapi dia tidak mampu menghalau Johan dan anak buahnya, hasilnya akan sama saja, Laura akan tetap dibawa Johan. "Bawa dia ke mobil," suruh Johan. Laura langsung dibawa ke mobil setelah membantu mendudukkan Avin, sekarang hanya tersisa Avin dan Johan saja di dalam rumah. Johan tersenyum remeh menatap ke arah Avin. Johan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, sebuah amplop coklat yang tebal, Johan langsung melemparnya ke pangkuan Avin. "Ini biaya kamu menjual Laura padaku!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
8.7K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
3.8K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
6.4K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
30.2K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
32.3K
bc

Desahan Sang Biduan

read
36.8K
bc

Benih Cinta Sang CEO 2

read
19.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook