Bab 60 Mabuk

1192 Kata

Botol anggur ketiga sudah hampir kosong di meja kaca apartemen Gibran. Aroma alkohol bercampur dengan parfum maskulin memenuhi ruangan yang setengah berantakan. Jas kerja tergeletak di lantai, dasi terlilit di kursi, dan kemeja putihnya terbuka beberapa kancing, menyingkap d**a yang naik turun tak beraturan. Kepalanya berat, matanya merah, tapi yang terasa paling sakit bukan tubuhnya melainkan hatinya. Setiap kali memejamkan mata, yang muncul hanya wajah Rania. Tawanya, tangisnya, cara dia menatap Gibran seolah dialah satu-satunya pria di dunia. Namun sekarang, semua itu menguap bersama kepergian mendadak gadis itu. Tidak ada kabar, tidak ada jejak. Seakan Rania memang sengaja memutus semua benang yang pernah mereka rajut. "Rania... jangan begini... aku butuh kamu..." suara Gibran ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN