"Akh..." Gibran tidak bisa berkata-kata saat Rania menarik dasinya lalu melayangkan ciuman yang cukup dalam di bibirnya. Gibran bisa merasakannya kekuatan, kerapuhan dan rasa dingin dalam ciuman yang terkesan sedikit memaksa. Gibran tidak suka dengan ciuman itu, bukan karena dia tidak mencintai Rania, melainkan karena dia tidak mau Rania menciumnya dengan perasaan putus asa dan menderita. Dia tidak suka. Gibran berontak. Dengan tenaganya, dia bisa melepaskan diri dengan mudah. Rania cukup tersentak saat Gibran mendorongnya mundur, tetapi dia tidak gentar. Rania menatap Gibran dengan mata yang tidak sama seperti kemarin. Ada api kecil di sana, menyala karena luka. Tangannya berani, menelusuri meja yang rapi itu lalu berhenti di jas pria itu. “Rania…” Suara Gibran terdengar parau, seten

