Bab 51 Berontak

1394 Kata

Malam itu, rumah keluarga Mahardika tampak penuh cahaya, hangat, tapi bagi Gibran, udara yang ada terasa sesak, menekan setiap sudut dadanya. Dia duduk di ruang makan, menghadapi keluarga Nayla, Papa, Mama dan Nayla sendiri dengan perasaan yang campur aduk. Rasa kesal, frustrasi, dan rasa bersalah menumpuk seperti gelombang yang siap menabraknya. “Gibran, sudah saatnya kita bicara soal tanggal pernikahan.” Suara Mahardika, Papa Nayla terdengar tenang, tapi ada nada tegas yang menuntut kepatuhan. Gibran menatap gelas air di depannya, jari-jarinya mengetuk meja tanpa sadar. Setiap kata yang keluar dari mulut mereka seolah menamparnya. Pria itu menegakkan punggungnya, menatap Mahardika dengan segudang keraguan yang tidak mampu disembunyikan. "Dia tidak di sini...." Gibran bergumam pelan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN