Bab 117 Kemarahan Arga

1074 Kata

Hujan malam itu turun seperti tirai tipis yang membelah halaman rumah Mahardika menjadi dua dunia: satu yang gelap, satu yang masih tetap bersinar oleh lampu paviliun. Angin membawa suara gesekan bambu di halaman, dan jam hampir mendekati dua pagi ketika pintu paviliun terbuka pelan—hampir tanpa suara, seolah pemiliknya berusaha tidak mengganggu siapa pun. Arga tidak tidur sejak dua jam yang lalu. Ia duduk di sofa ruang tengah paviliun, lampu kuning redup menyinari wajahnya yang tegang. Jaketnya masih menempel, dasinya dilepas sembarangan. Ia menunggu tanpa benar-benar tahu apa yang ia tunggu sampai pintu itu terbuka, dan Rania masuk dengan langkah yang hampir goyah. Rania basah kuyup dari kepala sampai kaki. Rambut panjangnya menempel di leher. Gaun tipis yang tadi sore ia pakai unt

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN