72 | Berujung Temu

1914 Kata

"Kalau lagi hamil, kesedihan itu nggak bagus buat kandungan, Re." "Iya, ini terakhir. Nggak sedih-sedih lagi besok." Sambil Rea pupus air matanya. Memang bisa seperti itu? Hari ini sedih, lalu besok bisa diatur jadi tidak sedih? Lantas, apa kabar bila teringat hal-hal yang membuat sedih di hari ini? "Kata Ibu juga—" "Nggak usah sebut Mas Jaya, Bu. Udah jadi mantan sekarang." Rea menyela, padahal belum tentu ibunya menyebut nama Jayakarsa. "Maksudnya?" Bu Santi mendekati sang putri. Rea sedang di kamar memang, tadi dilongok karena sekalian mau mengajak makan. "Rea ...." Sesenggukan. "Cerai, Bu." Seperti itu. Dan tangis Rea semakin menjadi. Dia tutup wajah dengan kedua tangan. Tersedu-sedu. Sangat sakit, hatinya perih atas hal ini. Sehari-dua hari masih ada harapan, Rea masih dihub

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN