Isabella Ishak
Isabella Ishak adalah gadis cantik pemilik bola mata hazel yang biasa dipanggil Bella. Dia adalah sosok yang lembut dan terkenal baik hati. Bella nyaris sempurna. Entah itu dari segi kecantikannya, kecerdasannya, atau sikapnya. Dia tumbuh dalam keluarga yang harmonis, memiliki seorang kakak laki-laki yang begitu menyanyanginya.
Sayangnya, kesempurnaannya itu tidak bertahan lama sejak dia memutuskan sesuatu hal terbesar dalam hidupnya. Bella yang berhati baik dan lembut bermaksud ingin menolong pria yang dia kagumi sekaligus penyelamat hidupnya, akhirnya malah membawanya pada takdir yang begitu menyakitkan. Semua ketulusannya selalu di balas dengan sikap kasar, bahkan tidak jarang juga penganiayaan fisik yang dilakukan oleh suaminya.
Walaupun lelaki pujaannya itu telah dipecat dan masuk ke dalam daftar hitam rumah sakit tempatnya bekerja dulu, tapi tidak membuat rasa kagum gadis cantik itu hilang. Bukan hanya itu saja, pria yang sudah berhasil menerobos ke dalam hatinya tanpa permisi itu juga sudah tidak bisa bekerja sebagai dokter lagi karena ijin dan keanggotaannya telah dicabut oleh Asosiasi yang berwenang.
Gadis cantik itu berniat menolong menghidupkan perusahaan yang sudah tinggal nama pria pujaannya sekaligus penyelamat hidupnya itu. Bella memberanikan diri untuk menghadap papanya dan membicarakan tentang ini semua.
“Pa … Bella ingin minta sesuatu apa boleh?” tanyanya dengan hati-hati.
Dengan perasaan was-was, Bella memberanikan diri untuk menghadap papanya. Selama ini semua keinginannya selalu dikabulkan oleh sang papa. Namun, untuk yang satu ini, gadis cantik bermata hazel itu masih cukup waras untuk memintanya. Dia dengan segala pemikirannya yang polos akan cinta, berharap keputusannya akan membawa Rafa pada kesuksesannya.
“Putri Papa … ingin apa, hmm …?” Danu Ishak, papa Bella menjawab sambil melepaskan kacamata bacanya lalu meletakkannya di atas meja yang ada di depannya.
Sebagai seorang kepala keluarga, pria paruh baya itu harus memprioritaskan keluarganya. Lelaki itu bekerja keras hanya demi kebahagiaan istri dan anak-anaknya. Walaupun sesibuk apa pun pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan itu pasti akan meluangkan waktu untuk berkumpul bersama istri dan anak-anaknya.
“Bella ingin Papa menjadi investor untuk Perusahaan Salim yang sekarang dipegang oleh Dokter Rafa,” Bella menyampaikan keinginannya dengan kepala yang tertunduk.
Saat ini gadis cantik bermata hazel itu tidak berani menatap mata papanya. Walaupun dengan semua keberanian yang sudah dia kumpulkan. Tetap saja jika berhadapan langsung dengan sang papa membuatnya tidak memiliki nyali sama sekali.
Danu yang mendengarkan permintaan sang putri tercintanya seketika mengerutkan dahinya. Tanda pria itu masih belum bisa mencerna ucapan dari gadis cantik dengan kulit seputih porcelain yang saat ini tengah duduk di hadapannya. “Apa kamu lupa, kalau dia sudah bukan Dokter lagi?” tanya Danu kembali.
“Bella tahu, Pa. Tolong dia! Kasihan dia sudah berusaha keras untuk menghidupkan kembali Perusahaan keluarganya, tapi semua investor yang dia temui selalu menolak untuk bekerja sama dengannya,” pinta Bella sambil mengangkat wajahnya yang semula tertunduk.
Danu yang mendengarkan permintaan sang putri tercintanya dengan wajah yang tampak terlihat memelas itu kembali mengerutkan dahinya. Memang siapa yang mau berinvestasi pada perusahaan yang sudah tinggal nama karena skandal besar yang dilakukan oleh pemiliknya dulu yaitu ayah Rafa, Rudy Salim.
Ketika pria paruh baya itu mengingat sosok Rafa Salim yang begitu baik. Bahkan dokter tampan itu bersedia mendonorkan darahnya untuk Bella dengan sukarela, saat dokter berhidung mancung itu melihat Bella dalam kondisi kritis saat pertama kali datang ke IGD. Akibat lambatnya mengetahui jika Bella terserang demam berdarah menyebabkan gadis cantik itu banyak mengeluarkan darah dari hidung dan mulutnya karena adanya kebocoran pembuluh darah.
Di saat gadis cantik itu memerlukan tranfusi darah ternyata persedian darah AB yang dibutuhkan oleh Bella sedang kosong. Akhirnya Danu dan Lita meminta perawat untuk mengambil darahnya sebanyak yang mereka perlukan untuk menyelamatkan putri kesayangannya.
Pasangan suami istri tersebut yang sudah cemas dengan kondisi Bella, seketika merasa lemas saat mengetahui dari perawat jika golongan darahnya dan sang istri ternyata tidak sama dengan golongan darah Bella. Danu yang bergolongan darah A dan Lita B membuat dunia suami istri itu terasa runtuh karena usaha terakhirnya ternyata tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Di tengah-tengah kepanikan suami istri itu, Rafa datang menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya yang kebetulan golongannya sama dengan Bella. Sebagai seorang dokter, Rafa memang dituntut untuk selalu menjaga kesehatannya. Hati pria itu juga merasa berkewajiban untuk menyelamatkan pasien semampu dia. Dirinya akan merasa bahagia jika hidupnya bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dokter tampan itu masih tampak terlihat lemas setelah mendonorkan darahnya. Lantas dokter itu segera merawat Bella setelah beristirahat sejenak. Dirinya harus memantau kondisi pasien hingga melewati masa kritisnya.
Memang sudah menjadi tugas seorang dokter untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan porsinya. Namun, bagi Rafa ada sesuatu yang menyentil hatinya saat melihat Bella datang dalam kondisi yang memprihatinkan. Bukan hanya Bella saja yang masuk ke IGD dalam keadaan yang memprihatinkan, bahkan banyak pasien lainnya dengan kondisi yang lebih parah dari gadis itu. Dokter tampan itu sebenarnya juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Seperti ada yang menggerakkan dirinya. Apa yang dia lakukan justru membuat hatinya merasa lega dan tidak ada penyesalan sama sekali.
Danu dan Lita akhirnya bisa bernapas dengan lega setelah Rafa memberitahukan jika Bella telah melewati masa kritisnya. Keluarga Ishak merasa telah memiliki hutang budi kepada dokter tampan dan baik hati tersebut.
Tidak ada alasan bagi Danu Ishak untuk tidak menolong Rafa. Namun, pria paruh baya itu memiliki rencana lain setelah mencari informasi mengenai Rafa. Danu sempat tercengang ketika mengetahui ternyata Rafa merupakan pria yang tekun dan pekerja keras, membuat Danu sedikit berharap lebih pada pria yang dikagumi oleh putrinya itu. Akhirnya Danu memutuskan menikahkan putrinya dengan Rafa sebagai syarat investasi.
Dia yakin Salim Grup akan bisa cepat kembali bangkit dan berjaya di tangan Rafa. Bagaimanapun juga dirinya seorang pebisnis yang masih memikirkan untung dan ruginya dalam berinvestasi. Dengan berdasarkan instingnya yang tidak pernah meleset membuat Danu yakin jika dirinya tidak akan mengalami kerugian ketika berinvestasi pada Salim Grup.
“Apa kamu sudah memikirkannya dengan matang rencana kamu ini, Sayang?” tanya Danu memastikan kembali.
Sebagai seorang ayah, Danu tidak ingin nantinya sang putri menyesali keputusannya ini. Untuk memastikan kebahagiaan putrinya, pria paruh baya itu juga memiliki rencana lain terhadap Rafa.
“Sudah, Pa!” jawab Bella dengan yakin, “Papa pasti lebih paham, bagaimana caranya Perusahaan yang harus dirintis dari nol bisa kembali berjaya,” lanjut Bella menjelaskan dengan wajah yang terlihat lebih cerah dari pada sebelumnya.
Akhirnya setelah menghembuskan napas panjangnya, Danu menyetujui permintaan sang putri walaupun dengan berat hati. Dirinya hanya tidak ingin melihat putrinya itu bersedih. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu akan segera menemui Rafa Salim untuk membicarakan mengenai ini semua.
Sebagai seorang pengusaha, insting Danu sangat tajam. Dia bisa yakin jika Salim Grup berada di tangan Rafa dapat berkembang dengan cepat. Pria tampan sekaligus mantan dokter itu di samping seorang pekerja keras dia juga cerdas.
Dulu sewaktu Bella terserang demam berdarah dan harus dirawat di rumah sakit Angkasa, di situlah awal pertemuannya dengan cintanya. Ya … Bella awalnya hanya menaruh rasa kagum dengan sosok dokter tampan yang sedang merawatnya dengan penuh kesabaran dan ramah. Dari rasa kagum itulah akhirnya berkembang menjadi sebuah rasa cinta dalam hati Bella.
Wanita cantik pemilik bola mata hazel itu selalu menanti jam visit dokter. Bella sangat senang jika dokter tampan itu melakukan visit untuk para pasiennya. Karena dengan begitu gadis cantik itu bisa bertemu dengan pria pujaannya. Dokter tampan yang selalu tersenyum ramah dan selalu memperlakukan dia dengan sangat baik itu sudah mencuri hatinya.
Sejak itu Danu dan Lita, istrinya memiliki rasa kagum terhadap dokter muda berparas seperti pria Timur Tengah itu. Mereka berdua juga tampak terlihat senang saat melihat putri kesayangannya tersenyum bahagia. Sebagai orang tua tentunya hanya kebahagiaan sang anak yang selalu menjadi prioritasnya. Dengan melihat binar di mata dan senyum di bibir Bella sudah bisa membuat mereka bahagia.
Hingga suatu saat, gadis cantik itu dinyatakan sembuh dan diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Betapa sedih hati Bella saat harus berpisah dengan pria pujaannya tersebut. Gadis itu sebenarnya ingin menanyakan kontak Rafa secara langsung, tapi dirinya tidak cukup memiliki keberanian. Akhirnya gadis cantik bermata hazel itu memberanikan diri untuk mencari tahu kontak lelaki tampan sekaligus dokter yang telah menyelamatkan hidupnya itu kepada perawat.
“Sus … bisa kasih saya kontak Dokter Rafa ya?” tanya Bella pada salah satu perawat yang tampak sedang berjaga di ruangannya. Gadis itu sudah berharap banyak akan mendapatkan kontak lelaki pujaannya.
“Maaf, Mbak. Kami dilarang untuk memberikan kontak semua Dokter yang berdinas di rumah sakit ini,” jawab perawat itu dengan sopan sambil tersenyum.
Ketika Bella mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan harapannya, gadis itu tampak terlihat sedang mengerucutkan bibirnya. “Masak kontak aja dilarang,” ucapnya dengan menggerutu pelan sambil berbalik berjalan meninggalkan ruangan perawat.
Setelah kepulangan Bella, hari-harinya terasa tidak berwarna lagi. Tidak ada lagi yang membuat hidupnya kembali bersemangat seperti saat dirinya dirawat di rumah sakit. Jika dia merindukan lelaki pujaannya itu, maka dia akan memandangi foto pria tampan itu yang diambilnya secara diam-diam dengan menggunakan ponselnya. Jika dengan memandangi foto yang ada di ponselnya itu masih belum juga mengurangi rasa rindunya, maka gadis bermata indah itu akan berselancar di media sosial milik Rafa.
Hari-hari Bella kembali seperti biasanya, seperti di saat ia masih belum dirawat di rumah sakit. Gadis cantik itu menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal menyusun skripsi saja. Rutinitasnya yang padat juga sempat mengalihkan pikirannya terhadap pria pujaannya. Hingga kelulusan dirinya dan selesai wisuda, gadis cantik itu masih disibukkan dengan rutinitas sehari-hari. Di saat dia merasa bosan di rumah, maka ia akan tinggal sementara di apartemen kakaknya yang berada di Jakarta. Bella sangat suka tinggal di Jakarta, menurutnya di sanalah kenangan terindahnya berada. Saat dirinya dirawat di rumah sakit Angkasa dan pertemuannya dengan pria pujaannya.
Hingga suatu saat gadis cantik bermata hazel itu menonton berita tentang perusahaan Salim Grup yang akan dihidupkan kembali. Sejak saat itu ia tidak pernah melewatkan berita mengenai Rafa Salim. Tak jarang dirinya selalu memantau media sosial milik lelaki tampan itu. Rasa rindunya bisa sedikit terobati setelah melihat berita yang menayangkan sosok Rafa saat sedang diwawancara oleh salah satu stasiun televisi.
Selama Bella melihat semua berita itu, tak terasa air matanya sempat menetes. Gadis cantik itu sungguh benar-benar merasa kasihan terhadap pria tampan yang sudah berhasil menerobos ke dalam hatinya tanpa permisi itu. Dirinya merasa terpanggil untuk menolong mantan dokter yang pernah menyelamatkan hidupnya dulu. Sebagai pasien yang pernah diselamatkan oleh Rafa Salim, Bella ingin membalas budi dengan menolongnya. Otak cantikya harus berpikir dengan jernih dulu saat menacari alasan apa yang akan dia sampaikan kepada keluarganya. Karena untuk berinvestasi di perusahaan Rafa pasti tidak membutuhkan uang yang sedikit.