Pernikahan Toxic

1513 Kata
Diperlakukan dengan tidak manusiawi oleh suaminya sendiri dan kekasihnya yang bernama Sandra sudah menjadi makanan gadis cantik itu sehari-hari. Seakan-akan sepasang kekasih itu kompak untuk menyiksanya secara lahir dan batin. Setiap malam di sudut kamar yang lembab wanita cantik bermanik mata hazel itu selalu menitikkan air matanya. Dia selalu mengadukan nasibnya pada keheningan malam. Wanita cantik berhati lembut itu berharap esok hari saat dirinya terbangun dari tidurnya sudah tidak membawa beban berat yang dia dapatkan di hari itu. “Kenapa rasanya pedas sekali, kamu sengaja ingin membunuhku?” ucap Sandra dengan kencang sesaat setelah wanita itu menyuapkan sup iga ke dalam mulutnya. Kemudian wanita itu melemparkan mangkuk yang berisi sup panas itu ke tubuh Bella. Dan sialnya tepat mengenai lengannya. Panasnya pun terasa menembus kulitnya yang seputih porcelain. Tangannya yang sedang menata makanan mulai tampak terlihat gemetar karena rasa perih akibat kuah panas sup yang tumpah di lengannya. Mungkin saja kulit halus wanita malang itu sudah melepuh. Jangan ditanya bagaimana Bella dengan sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak lancang keluar tanpa dia suruh. Atau mungkin karena air matanya juga merasa lelah karena setiap hari harus mengalir di pipi mulusnya. Untuk kali ini yang di rasakan oleh wanita cantik itu hanya luka yang ada di fisiknya. Hatinya sudah mulai kebas menghadapi kekejaman dua orang berlawanan jenis yang hidup dalam satu atap tanpa ikatan pernikahan yang sah. ‘Hari ini aku tidak akan menangis lagi untuk kalian berdua. Air mataku terlalu berharga untuk manusia hina seperti kalian. Sampai aku mati terbunuh di dalam rumah ini sekalipun jangan harap aku akan menangis lagi!’ tekad Bella dalam hati. Wanita cantik itu sudah merasa lelah lahir dan batin untuk terus menjalani kehidupan rumah tangga yang toxic ini. Dirinya tidak bisa melakukan apa-apa karena dia tidak ingin keluarganya kenapa-napa karena ancaman dari Rafa. Wanita malang itu juga tidak ingin keluarganya mengkhawatirkannya ketika melihat keadaannya tidak baik-baik saja. “Ada apa ribut-ribut, Sayang? Kamu kenapa?” tanya seorang pria gagah berhidung mancung yang baru saja muncul. Pria itu bertanya pada kekasihnya sambil meneliti keadaan wanita cantik berambut merah yang mengenakan pakaian kurang bahan itu. Rasa cintanya terhadap sang kekasih memang tidak diragukan lagi. Tampak terlihat dengan jelas raut wajahnya yang menunjukkan kepanikan. Padahal di sini istrinya yang sedang terluka. Seketika Bella tersadar jika dirinya hanya dianggap sebagai pembantu. Jika wanita cantik bermata hazel itu mati sekalipun, pria yang berstatus sebagai suami sahnya itu bisa dipastikan tidak akan peduli padanya. “Lihat, Sayang! Dia mencoba membunuhku dengan sengaja membuat sup yang rasanya sangat pedas. Padahal kamu tahu kan, Sayang, kalau aku tidak bisa makan apa pun yang rasanya pedas,” ucap Sandra dengan merajuk. Tak ketinggalan wanita itu juga memeluk Rafa dengan sangat erat. Bahkan, dia juga menangis di dalam pelukan lelaki itu. Lelaki yang sebenarnya berstatus suami sah dari wanita cantik yang saat ini sedang berdiri di hadapan mereka. Sedangkan Bella yang melihat drama murahan yang sedang dimainkan oleh kekasih suaminya itu pun tampak terlihat muak. Drama yang selalu dia saksikan setiap hari. ‘Sabar Bella, kuatlah! Entah sekarang tubuhmu akan menerima hukuman cambuk, tamparan atau tendangan dari dia,’ batin Bella mencoba memberi kekuatan untuk dirinya sendiri. “Dasar Jalang! Berani-beraninya kamu menyakiti kekasihku, ikut aku sekarang!” bentak Rafa sambil menarik kasar tangan istrinya dan membawanya entah kemana. Kali ini, Bella tidak menangis ataupun memohon agar dikasihani. Wanita cantik yang bernasib malang itu tidak akan lagi melakukannya. Bibirnya sudah terlalu lelah karena setiap hari kata maaf yang dia ucapkan untuk kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Permohonan yang selalu dia ucapkan sepertinya tidak pernah didengarkan oleh pria kejam yang selalu suka menyiksanya tersebut. Biarlah semuanya mengalir seperti air yang akan membawa nasibnya entah kemana dirinya akan berakhir. Saat ini wanita itu sudah pasrah dengan takdir yang sudah digariskan pada hidupnya. Bahkan, Bella pernah meminta kepada Tuhannya agar segera mengambil nyawanya. Wanita malang itu sungguh sudah tidak sanggup lagi untuk menjalani takdir yang menurutnya sungguh kejam untuk dia jalani. Rafa menarik Bella keluar dengan kasar dan berjalan membawa wanita yang berstatus sebagai istri sahnya itu menuju ke kolam renang. Kejutan apa lagi yang lelaki itu persiapkan kali ini. Apa mungkin Bella harus mati tenggelam di dalam kolam renang yang lumayan dalam itu. “Apa hukuman yang pantas untuk wanita jalang sepertimu, hah?” lagi-lagi Rafa membentak dengan suara yang kencang dan terdengar memekakkan telinga. “Apa ini sakit, heh? Ini tidaklah sebanding dengan yang aku rasakan selama ini,” ucap pria kejam itu sambil menarik rambut hitam Bella dengan kasar. Dia tidak peduli jika apa yang dia lakukan itu membuat istrinya itu meringis menahan sakit. Sialnya, air mata yang sudah sedari tadi berusaha dia tahan dengan sekuat tenaga, akhirnya luruh juga tanpa permisi. Wanita malang itu merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya kulit kepalanya seakan-akan terlepas dari tulang tengkoraknya. “Jawab, sialan! Apa kamu sudah tidak punya suara, hah? Katakan, hukuman apa yang pantas kuberikan untukmu kali ini?” Rafa kembali berteriak. Bahkan, kali ini mata Rafa tampak terlihat melotot dan merah karena emosi. Pria kejam itu lalu melepaskan cengkeraman tangannya pada rambut indah Bella sambil mendorongnya hingga membuat tubuh semampai wanita malang itu pun jatuh tersungkur. Seketika kepalanya terasa nyeri dan ngilu yang teramat sangat akibat dari tarikan kasar pada rambutnya. Bahkan, kepalanya juga terasa berdenyut. Mungkin perih sekaligus memuakkan untuk memilih bertahan dengan laki-laki kejam yang tak memiliki hati sama sekali. Kali ini Bella mencoba memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan lelaki kejam yang selalu menyiksanya itu. Wanita malang itu sudah pasrah akan nasib yang akan dia terima akibat dari keberaniannya ini. Dia sidah tidak peduli lagi jika Rafa akan bertambah murka pedanya. “Lakukan, Mas! Berikan hukuman apa pun yang kamu inginkan sampai dendammu tuntas. Jika suatu saat nanti kamu benar-benar puas, tolong lepaskan aku!” ucap pemilik sepasang mata hazel itu berusaha untuk tersenyum. Tampak terlihat senyum di bibir ranumnya. Sebuah senyuman yang dia paksakan dengan bulir bening yang sudah menganak sungai membasahi matanya. Rafa yang mendengarkan penuturan dari wanita malang yang berstatus sebagai istri sahnya itu pun tampak terlihat sedang mengeraskan rahangnya. Kemudian pria kejam itu mendekatkan wajahnya ke wajah Bella sambil berbisik pelan tapi terdengar mengerikan di teliganya. “Jangan pernah bermimpi untuk bisa terlepas dariku!” “Walaupun aku tidak bisa bermimpi untuk bebas darimu dalam keadaan hidup. Pasti kamu dengan sendirinya akan membebaskan diriku saat tubuhku sudah terpisah dari nyawaku karena siksaanmu. Mungkin di saat itulah hari kebebasanku, Mas,” sahut gadis malang itu dengan bibir yang tampak gemetar. Pria kejam itu kembali menatap tajam tepat ke dalam manik mata Bella. Wanita malang itu tidak mengerti maksud dari tatapan tajam suaminya. Tapi yang Bella tahu selama ini di mata suaminya hanya ada sorot mata kebencian yang selalu ditujukan padanya. Mungkin saat ini pun masih sama arti dari sorot tatapan tajam lelaki tersebut. “Kau sudah mulai berani melawanku, ya? Di sini kamu itu hanya seorang babu. Ingatlah dengan status rendahmu itu!” ucap Rafa dengan menekankan kata ’babu’ agar wanita malang yang berstatus istri sahnya itu mengerti. ‘Tanpa harus kamu ingatkan lagi, aku sudah cukup sadar dan tahu diri dengan status rendahku di rumah ini, Mas,’ ucap Bella dalam hati bersamaan dengan bulir bening yang kembali membasahi pipi mulusnya. “Apakah kamu sudah mulai berani menolak hukuman dariku, hah …? Jawab!” lagi-lagi Rafa kembali berteriak tepat di depan wajah Bella. Bella yang sudah terbiasa mendegar teriakan dan bentakan setiap hari dari suami kejamnya itu kini sudah terasa kebas. Panggilan jalang dan w************n yang keluar dari mulut suaminya sudah menjadi makanan sehari-hari di telinganya. Di mana sebenarnya panggilan itu lebih tepat ditujukan pada kekasih suaminya yang bernama Sandra. ‘Jika aku kau sebut sebagai wanita jalang, lalu sebutan apa yang pantas untuk kekasihmu, Mas?’ tanya Bella dalam hati sambil menatap sendu wajah suaminya. “Bukankah aku tidak bisa menolak hukuman darimu, Mas? Aku tidak akan pernah menolak hukuman darimu. Aku memang tidak punya pilihan untuk itu, bahkan dengan membunuhku bisa membuatmu puas aku tetap tidak punya pilihan selain menerimanya,” ujar Bella dengan lirih sambil masih terus menatap dalam ke manik mata sang suami. “Kenapa … kenapa hari ini kamu tidak meminta maaf dan memberikan penjelasan kepadaku seperti biasanya?” tanya Rafa tepat di depan wajah Bella kembali tapi nada suaranya sudah terdengar lebih rendah dari sebelumnya. “Maaf, Mas. Aku sudah lelah bukankah selama ini penjelasanku dan permintaan maafku pasti akan berakhir sama saja,” jawab Bella dengan suara yang terdengar menyiratkan keputus asaan. ‘Aku sudah pasrah. Mungkin takdirku memang harus mati di tangan laki-laki kejam ini dan di dalam rumah megah ini yang lebih mirip seperti neraka,’ ucap Bella. Kemudian wanita cantik bersurai hitam itu pun menundukkan kepalanya, matanya menatap kosong air kolam yang tampak begitu jernih yang ada di hadapannya saat ini. Besar kemungkinan jika sebentar lagi tubuhnya akan tercebur dan tenggelam ke dalam kolam yang cukup dalam itu. “Ahh …!” terdengar teriakan lelaki yang berstatus sebagai suaminya tersebut. Lalu kemudian pria kejam itu berlalu meninggalkan Bella sendirian di tepi kolam renang. Di dalam benak lelaki itu tiba-tiba muncul perasaan tidak enak. Dia sendiri tidak tahu perasaan apa yang sedang dia rasakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN