11. Hadiah

1284 Kata
Keesokan harinya. Seperti biasa Clarie tengah menyusun schedule hari ini untuk atasannya. Lucas belum datang pagi ini, tidak biasanya pria itu terlambat masuk ke kantor. Clarie belum bertemu selama dua hari dengan pria itu, terakhir mereka bertemu adalah malam Sabtu ketika dia menginap di apartment pria itu. “Selamat pagi, Miss. Evans,” sapa Lucas melewati meja Clarie tanpa menghentikan langkahnya dan langsung masuk ke dalam ruangannya. Belum sempat Clarie membalas sapaan bosnya, pria itu sudah menghilang di balik pintu ruangannya. Namun, tak berapa lama telepon di meja gadis itu berbunyi dan lampu panggilan bewarna merah berkedip satu kali, menandakan Lucas memintanya untuk datang ke ruangan pria itu. Clarie menyiapkan catatan dan beberapa berkas yang akan dia bawa untuk pekerjaan Lucas hari ini. Sebelumnya gadis itu merapikan penampilannya terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, Clarie pun langsung mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat izin dari pria itu. “Kunci pintunya!” titah Lucas sembari pria itu bangkit dari kursi kebesarannya dan melangkah ke sofa panjang yang ada di ruangannya. Clarie mengunci pintu itu. Berbalik pelan dengan menahan napasnya, dia tahu harus apa sekarang. “Kemarilah, Clarie ...,” panggil Lucas meminta gadis itu menghampirinya. Clarie segera melangkah mendekat ke arah atasannya itu, sebelumnya dia menaruh beberapa berkas yang di bawanya ke atas meja di depan Lucas. Lucas langsung menarik tangan gadis itu sehingga jatuh terduduk di atas pangkuannya. “Beri aku sarapan,” ucapnya dengan suara rendah. “Hah?” Clarie melongo mendengar permintaan pria itu. “Cium aku!” pinta Lucas pada gadis itu. Clarie melingkarkan tangan kirinya ke leher Lucas, dan tangan lainnya membelai rahang tegas pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang menggelitik jemarinya. Tatapan mata keduanya saling terkunci, kemudian Clarie langsung menempelkan bibirnya di atas bibir tebal pria itu, ciumannya sangat lembut dan hangat. Lucas membiarkan gadis itu yang memimpin, dia ingin tau seberapa liarnya gadis itu padanya. Tangan Lucas melingkar di pinggang Clarie, sementara tangan dia yang lainnya membelai paha gadis itu. Keduanya saling melepaskan tautan bibir mereka, Clarie mengusap bibir Lucas yang basah akibat saliva mereka dengan jarinya. Perlakuan gadis itu sangat lembut dan hati-hati, berbeda dengan apa yang biasa Lucas lakukan, sangat kasar dan tidak sabaran. Lucas sangat menyukai sikap lembut dan kehangatan gadis itu yang teramat hati-hati padanya. “Aku sudah membuat rekening pribadi untukmu. Apa kau sudah memilih apartemen yang kau inginkan?” tanya Lucas seraya membelai rambut ikal Clarie yang tergerai indah di punggungnya. “Ah ... terima kasih, Sir. Tetapi, aku belum memikirkan untuk pindah dari flat ku saat ini,” ucap Clarie dengan menggigit bibirnya, Lucas yang melihat itu langsung menyentuh bibir gadis itu. “Jangan lakukan itu, Clarie. Kau bisa membuatku ingin memasukimu saat ini juga,” bisik Lucas dengan suara serak. Clarie langsung bersikap biasa, ini masih pagi dan dia tidak mungkin bercinta di ruangan ini walaupun dia selalu membayangkan bagaimana rasanya berbaring di meja kerja bosnya dan pria itu memasukinya, pasti sangat nikmat dan panas. “Sedang memikirkan apa, hm?” tanya Lucas yang mendapati gadis itu tengah melamun. Clarie tersentak dengan pertanyaan Lucas, tidak mungkin kan kalau pria itu bisa membaca imajinasi liarnya yang kurang ajar. Sangat memalukan. “Oke! Saatnya bekerja, Miss. Evans!” Clarie langsung bangkit berdiri dari pangkuan Lucas, dan mengambil catatan jadwal hari ini untuk atasannya. Lucas berjalan menuju meja kerjanya, sementara Clarie mengekor di belakang pria itu sambil memegang notes spiral dan semua arsip lain yang sudah diseleksi, surat-surat, dan proyek yang akan dia bahas dengan Lucas. Lucas sudah duduk di kursi kebesarannya, Clarie mulai membacakan beberapa agenda kerja hari ini. Clarie mencoba bersikap profesional dalam pekerjaannya walaupun pesona bosnya masih membuat dirinya kelabakan. "Arsip Mr Sanders," katanya sembari mengulurkan map cokelat bersama secarik kertas pada Lucas. "Ini kontrak yang perlu dinegoisasi kembali." Lucas mengangguk, dan mulai meninjau berkas-berkas yang diserahkan dari sekretarisnya itu. *** “Ya, Tuhan!" pekik Clarie terkejut dengan apa yang dia lihat dalam ponselnya. “Hei! Ada apa?” Daniele yang saat itu tengah membuat cokelat hangat berlari tergopoh-gopoh ke ruang santai di mana dia mendengar teriakan Clarie. Dia takut terjadi apa-apa pada sahabatnya itu. “Kau tidak akan percaya ini, Danni.” Clarie mengulurkan ponselnya ke arah sahabatnya itu, Daniele mengambil smartphone milik Clarie dan melihat apa yang membuat sahabatnya itu terkejut, tapi nampak berbinar. “Wow!” Daniele membulatkan matanya lebar-lebar sama terkejutnya dengan Clarie tadi. “Ini nominal yang fantastis sekali, Clarie!” seru Daniele dengan semangat. Clarie pun beranggapan sama, itu benar-benar di luar dugaan. Lucas mengatakan telah membuatkan rekening atas namanya dan tadi sore sebelum jam pulang kantor Lucas memberikan buku tabungan serta ATM untuk Clarie. Dan, baru sore ini dia mengeceknya. “Bosmu boleh juga,” imbuh Daniele. Clarie hanya mendesah, sejujurnya apa yang dia lakukan sungguh hina. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa dia pun menikmati kebersamaan intim yang dilakukannya bersama Lucas. “Dia juga menawarkan apartemen untukku,” ujarnya sembari memeluk kakinya naik ke atas sofa. “Sereiosly?!” tanya Daniele tak percaya. Clarie kembali mengangguk. “Wah! Wah! Kau beruntung sekali, Dear,” ucapnya memuji Clarie. Sementara gadis yang dipuji memilih mendengus. “Menjadi simpanan bos, apakah itu sebuah hal yang beruntung?” tanya Clarie dengan mengejek dirinya sendiri. “Tapi, kau menikmatinya, kan?” “Bagaimana tidak, pesonanya membuatku hampir tak bisa bernapas,” aku Clarie jujur. “Tetapi, aku selalu bertanya-tanya. Mengapa dia harus mencari kepuasan pada wanita lain, padahal dia memiliki istri yang sangat sempurna.” “Mungkin, dia kesepian karena istrinya sering bepergian ke luar kota mau pun ke luar negri,” kata Daniele berargumen. “Istrinya kan seorang model ternama sudah pasti mereka jarang bertemu. Apa dia tidak pernah membicarakan Marion padamu?” “Hm, dia tidak suka membahas perihal istrinya.” “Benarkah?” “Iya, dia terlalu tertutup. Aku pernah mendengar pembicaraan mereka di telepon dan mereka tampak akrab.” “Bisa jadi dia memang memiliki hormon berlebih dan butuh segera disalurkan. Ha ha ha ...” Daniele tertawa lebar. Clarie kembali mendengus mendengar perkataan sahabatnya itu. Keesokan harinya, Clarie sudah bersiap untuk mengunjungi rumah ibunya. Sudah lama dia tidak menemui ibu dan adik tirinya, hanya ayah tirinya yang selalu datang mengganggu dan meminta uang setiap kali datang ke flatnya. Setelah menempuh perjalanan kurang dari satu jam dengan menggunakan transportasi kereta bawah tanah Clarie tiba di sebuah kota di mana sang ibu tinggal. Sebelumnya dia mampir ke sebuah supermarket membeli belanjaan untuk sang ibu. Taksi yang membawanya berhenti di depan rumah sederhana berlantai dua. Clarie membayar tagihan, lalu keluar dari taksi. Supir taksi membantu gadis itu menurunkan belanjaannya. “Terima kasih,” ucapnya pada supir taksi itu. Tak lama taksi kuning itu melaju kembali. Clarie berjalan ke teras, dan mengetuk pintu berwarna cokelat di depannya yang tertutup rapat. Clarie menunggu agak sedikit lama, lalu terdengar suara anak kunci yang diputar. Pintu itu terbuka sedikit dan menampilkan sosok Caitlin, adik tirinya. Wajah remaja dua belas tahun itu sedikit terkejut ketika melihat kedatangannya. “Hai, Caitlin ...,” sapa Clarie. “Hai, Clarie apa kabar?” tanyanya pada Clarie. “Tetapi, ibu sedang tidak di rumah,” katanya lagi. “Oh, sayang sekali.” Clarie mendesah kecewa. Tapi, gadis itu merasa sedikit aneh, mengapa adik tirinya tidak membiarkannya masuk meskipun ibunya tidak ada. “Kemana dia?” tanya Clarie lagi. “Um, mungkin sedang berbelanja,” kata remaja itu sembari melirik kantung belanjaan di tangan Clarie. “Boleh aku masuk?” Clarie menatap raut ketakutan pada remaja dua belas tahun itu. “Um ...” Caitlin menggumamkan sesuatu. Tanpa basa-basi lagi, Clarie langsung mendorong pintu itu sehingga membuat adik tirinya tersentak ke belakang. Kemudian, Clarie dibuat terkejut dengan kehadiran seorang remaja lelaki yang hampir setengah telanjang sedang memepet pada dinding. “Apa-apaan kau?!” Clarie memekik marah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN