Malam telah larut. Hujan rintik membasahi langit-langit kota, memburamkan cahaya lampu jalan yang seakan enggan menyinari kisah sendu malam itu. Di basement apartemen mewah milik Firdaus, mobil Victor berhenti pelan, seperti ikut lelah dengan segala drama yang menumpuk. Suara mesin dimatikan, menyisakan desah napas berat di dalam kabin. Meisya membuka pintu lebih dulu, keluar dengan langkah hati-hati. Rambutnya sudah kusut, luka kecil di lengan, dan di kakinya yang tadi sempat dibalut Victor kini tak terasa sakit lagi. Meisya membuka pintu penumpang. Di sana, Firdaus tertidur dengan posisi tak nyaman. Lehernya miring, wajahnya pucat, napasnya berat, dan aroma alkohol begitu tajam menusuk hidung. Meisya memandangi wajah pria itu lama, seolah ingin menemukan alasan mengapa dirinya masih be