Dengan langkah panjang dan cepat, Victor menyusuri lantai bar yang berkilau, melewati tamu-tamu berjas mahal dan wanita-wanita bergaun glamor. Matanya tak lepas dari satu sosok di sudut private bar seat. Duduk sendirian, tampak kuat, tetapi sorot matanya rapuh, dan di tangannya gelas wine yang nyaris kosong tergenggam erat. Victor tiba di samping Meisya, menanggalkan jaket kulitnya, dan langsung duduk di seat kosong sebelah kanan. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menatap Meisya sejenak, memastikan wanita itu sungguh baik-baik saja, walau dari caranya memegang gelas, erat tapi gemetar, sudah jelas jawabannya tidak. "Aku kira kamu cuma bercanda mau ke bar sendirian," ucap Victor pelan, suaranya dalam, dan tenang, menyatu dengan suasana lounge yang eksklusif. "Aku nggak bercanda kali ini ka