Setelah membelah jalanan ibu kota kurang dari setengah jam, Firdaus akhirnya menghentikan mobilnya di sebuah restoran bernuansa hangat tak jauh dari tempat tinggal Aura. Lampu kuning temaram dari dalam restoran terlihat menyusup lewat jendela kaca, memantulkan kehangatan yang kontras dengan perasaan Firdaus yang dingin dan kacau sejak tadi. Aura menatap ke arah bangunan itu dengan tatapan ragu. Bibirnya bergerak pelan, memecah kesunyian di dalam mobil. "Kita ngobrol di sini?" tanya wanita itu sebelum turun. "Iya, sekalian makan rencananya. Atau kamu nggak mau kita ngobrol sambil makan?" balas Firdaus dan segera bertanya, suaranya terdengar biasa saja, tapi ada keraguan di ujungnya, dan gerakannya ikut terhenti saat ia baru hendak melepas seat belt. "Ya udah nggak apa-apa, kita sekalian