Matahari siang mengalir lembut ke dalam kamar perawatan VIP yang tertata hangat. Keisya tertidur pulas setelah sesi fisioterapi pagi, tabung infus masih menggantung tenang di sisi tempat tidurnya. Aura duduk di kursi dekat jendela, selimut tipis masih melingkari bahunya. Matanya sembab, tapi tidak ada air mata yang menetes hari ini. Ia tak punya waktu untuk bersedih. Hari-harinya kini hanya diisi oleh jadwal minum obat, laporan hasil laboratorium, jadwal konsultasi dokter, dan suara tawa kecil Keisya yang perlahan mulai kembali. Ia bahkan tak sempat mendatangi kembali ruangan tempat Firdaus menjalani perawatan karena terlalu fokus dengan Keisya. Tidak sempat bertanya apakah pria itu makan cukup, tidur nyenyak, atau sudah bisa berdiri sendiri. "Semoga kamu baik-baik aja, Fir." Aura hanya