Sore hari di halaman depan rumah, suara tawa Keisya memecah keheningan yang sedang bermain gelembung sabun walaupun seorang diri karena Bi Narti sedang izin pulang ke rumah anaknya. Gaun rumah berwarna krem dengan pita kecil di pinggangnya melambai tertiup angin. Wajah mungil itu dipenuhi senyum, seperti tak menyimpan luka sedikit pun, terlebih pagi tadi sudah saling bertukar kabar dengan sosok ayah yang dirindukannya. Di balik pagar, sebuah mobil sedan hitam berhenti perlahan. Pintu depan terbuka, menampakkan sosok pria jangkung yang mengenakan kemeja putih dan celana abu-abu santai, pria itu adalah Victor. Di sisi lain, Meisya turun dengan gaun terusan floral sederhana, rambutnya dikuncir setengah, dan di tangannya ada tas kecil berisi camilan dan mainan untuk Keisya. Victor menatap