Mentari pagi mengintip malu-malu di balik tirai jendela kamar, menyusupkan cahaya hangat yang menyentuh wajah lelah Aura yang kini duduk di tepi ranjang, bersandar di punggung dipan sembari memeluk lututnya sendiri. Matanya sembap dan terlihat lelah oleh tangis dan penantian. Di pangkuannya ada ponsel yang sempat memunculkan harapan kini kembali bisu. Layar hitam itu terasa seperti dinding pemisah, menjauhkan Firdaus dari jangkauannya lagi. Panggilan mereka kemarin pagi tiba-tiba terputus dan sampai sekarang belum tersambung kembali, membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Aura menatap nanar ke arah layar ponsel itu. Jemarinya bergetar saat hendak menekan tombol panggil, tapi entah kenapa ia urung melakukannya. Takut hanya suara operator yang menyambut. Takut jika kenyataan kembali menam