Firdaus akhirnya pulang ke apartemen dengan hati yang berbunga-bunga. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya sepanjang perjalanan. Ada bahagia yang menggelegak di dalam d**a, sebuah kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan selama sepuluh tahun terakhir. Hari ini seperti mimpi indah yang sulit untuk dibangunkan. Ia berhasil bertemu Keisya, memeluk gadis kecil itu untuk pertama kalinya, dan menghabiskan waktu jalan-jalan berdua. Bahkan, suara saat Keisya memanggilnya "Ayah" masih bergema di telinganya, berputar-putar seperti lagu yang tak ingin ia hentikan. Tapi bukan hanya itu. Pelukan hangat bersama Keisya dan Aura, momen itu masih membekas dalam ingatannya, seperti cap yang tak akan hilang. Dadanya terasa hangat setiap kali mengingatnya. Seolah untuk sesaat, Tuhan mengizinkannya mencicip