"Jadi selama ini Bunda bohongin aku? Ternyata Ayah aku belum meninggal dan masih hidup?" Tiba-tiba suara lantang yang basah oleh emosi itu terdengar dari arah belakang, membuat tubuh Aura seketika kaku. Waktu seperti berhenti. Napas Aura tercekat, seolah seluruh udara dalam ruang tamu itu menipis. Jantung Firdaus melompat ke tenggorokan dan mereka berdua refleks menoleh ke arah sumber suara. Ada rasa takut dan panik yang langsung menyergap, perasaan bersalah yang menggumpal hebat, membentuk kabut tebal di d**a mereka. "Ya Allah, bukan begini seharusnya, bukan dengan kejutan seperti ini aku memperkenalkan diri sebagai ayahnya," gumam Firdaus lirih. Keisya berdiri di tepi ruang tamu dengan sorot mata penuh luka dan menyimpan ribuan tanya yang selama ini hanya bisa ia bisikkan dalam doa