Minggu pagi itu terasa lebih tenang dari hari biasa. Langit Jakarta begitu bersahabat. Sinar matahari menembus sela-sela dedaunan yang mulai menguning, menandakan musim kemarau mulai menyapa. Udara pagi mengalir lembut menggoyangkan tirai jendela rumah milik Aura. Suara burung pun terdengar saling bersahutan. Keisya sedang duduk di ruang tengah dengan piyama berwarna ungu, rambutnya dikuncir dua, dan boneka beruang besar pemberian dari Meisya berada dalam pelukannya. Matanya tertuju pada layar televisi, tapi jelas terlihat bahwa pikirannya melayang entah ke mana. Wajah kecil itu menyimpan rindu yang tak pernah bisa diucapkan dengan sempurna oleh anak seusianya. Sementara itu di dapur, Aura sedang sibuk menyiapkan sarapan. Tangannya mengaduk bubur ayam di dalam panci, tapi matanya sesekal