Leon menggeser pintu shower box dan masuk ke dalam menyusul Nania, mengabaikan pelototan darinya. Bukan hanya melotot, Nania juga bersiap menyerangnya menggunakan shower dan satu tangannya menutupi area sensitifnya. “Apa kau benar-benar gila?! Kita ini menikah karena terpaksa! Jangan–” Ucapan Nania terhenti saat Leon menutup mulutnya dengan tangan. “Kau benar. Tapi pernikahan ini sudah terjadi dan nyata,” ucap Leon kemudian menurunkan tangannya yang menutup mulut Nania. “sebenarnya aku lelah jika terus bertengkar denganmu. Bagaimana kalau kita membuat sebuah perjanjian?” Alis Nania tampak berkerut. “Perjanjian?” Leon mengangguk. “Setelah kupikir, akan berbahaya jika kita selalu bertengkar. Bukan hanya karena ayah mungkin akan curiga, tapi keselamatanku mungkin akan terancam.” Kerut