“Udah sampai, Nay.” Naufal menoleh padaku. Mobil Honda Brio merah yang kami tumpangi sudah terparkir di depan mulut g**g tempat kosku. “Nay…” Naufal kembali memanggil namaku karena kau belum juga menjawab. “Aku… bingung…” Satu-satunya kalimat yang terpikirkan di kepalaku akhirnya keluar. “Hm?” Naufal mencondongkan tubuhnya ke arahku. Menatapku lekat. Aku balas menatapnya. “Beberapa hari ini kepalaku penuh, dadaku juga rasanya sesak. Persis setelah aku menyelesaikan membaca buku milik ibuku itu.” Mataku berkaca-kaca. Ini pertama kalinya beban di dadaku berusaha kubagi dengan orang lain. Naufal menyandarkan punggungnya. Mengembuskan nafas pelan. “Lalu?” “Sejak baca tulisan terakhir ibuku, ada banyak hal yang membuatku bingung. Aku merasa, memori masa kecilku bercampur aduk. Memori yang