Hari-hari yang sangat rumit dan melelahkan. Setiap malam aku dihantui mimpi buruk itu. Meski tak lagi membuatku menangis tersedu-sedu, tapi kali ini justru membuatku merasa sesak. Setiap kali terbangun, memori-memori masa lalu datang silih berganti. Suara Ibu, Ayah, Bulik Laila, Pakde Rama dan istrinya seolah terngiang kembali. Membuatku bingung dan pusing. Aku duduk di tepi tempat tidur, sinar matahari menembus kaca jendela dan gorden yang belum kubuka. Aku tertunduk, tanganku menopang kepala yang terasa berat. Beberapa hari ini, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mimpi buruk itu benar-benar mengganggu. “Mau ke mana, Nay?” Aku berpapasan dengan Kayla di depan pintu. “Mandi.” Jawabku lirih. Badanku terasa lelah sekali. Kayla menyentuh lenganku. Kepalanya menunduk, mengintip wajahku.