“Ada apa, Nay?” Tari melongokkan kepalanya di pintu kamarku. Pintu kamarku memang belum aku tutup. Ia berdiri di ambang pintu dengan ransel berat di tangannya. Menatapku heran. “Eh, hehe. Nggak apa-apa.” Aku tersenyum malu. Sedetik lalu, saat aku menyelesaikan membaca surat elektronik dengan subjek Surat Panggilan Kerja dari manajer personalia perusahaan tempatku melamar kerja, tanpa sadar aku meloncat-loncat di dalam kamar. Di dalam surat elektronik itu ditulis tentang jadwal orientasi kerja yang harus aku hadiri minggu depan. Betapa bahagianya aku membaca surat itu. Berkali-kali k****a, tak ada yang berubah. Ini benar-benar nyata! Suara gedebuk dari kegirangan yang tak mampu kututupi ternyata terdengar hingga ke kamar Tari. Membuatnya menghampiri kamarku. “Terus kenapa berisik sekal