“Kamu… kenapa pindah ke sini?” Tari tertegun. Ia memandangku beberapa detik. Membuatku merasa bersalah dengan pertanyaan yang barusan kulontarkan. “Nggak betah di kos yang lama.” Jawabnya kemudian. “Oh…” Aku mengangguk-angguk. “Kamu nggak tanya kenapa?” Tari mengangkat alis. Aku jadi ikut-ikutan. “Ke-kenapa?” Tanyaku bingung. Kenapa aku harus bertanya kenapa? Bukankah itu urusannya kalau ia tidak betah dengan kosnya yang lama? Toh, sama sekali tak ada hubungannya denganku. Aku tak punya niat untuk pindah kos. Jadi tak perlu mengantisipasi tempat kos yang tidak nyaman. “Di sana banyak mahasiswa baru. Jadi ribut. Terus nggak ada penjaga kosnya juga. Jadi bebas banget. Mau pulang jam berapapun bebas. Mau bawa tamu siapapun juga bebas. Aku nggak nyaman.” Tari mengedikkan bahunya. “Padaha