Namun Hakim adalah seorang Kolonel. Bukan sekadar prajurit biasa. Ia adalah Jagatara, nama yang sejak generasi pertama selalu diidentikkan dengan pengabdian tanpa cela. Ia dididik untuk berdiri tegak walau hatinya tercabik, untuk tetap menjawab “Siap” walau pikirannya limbung oleh luka yang tak sempat diobati.
Maka meski langkahnya sedikit goyah dan pelipisnya berdenyut hebat oleh kata-kata terakhir Zivanna, ia tetap masuk ke dalam mobil dinas yang sudah menunggunya di depan rumah. Malam semakin gelap, hanya sorot lampu jalan dan embun kaca yang menjadi saksi bahwa seorang lelaki yang baru saja kehilangan sesuatu dalam diam kini kembali menuju medan tugasnya.
Mobil itu melaju cepat menuju Lanud Halim Perdanakusuma. Sesampainya di sana, tak ada waktu untuk menarik napas panjang. Langkah s
